Skip to main content

Short Attention Span, Fokus Menulis, Lebih Fokus Pada Dunia

Ini adalah kumpulan tulisan saya. Blog terbaru. Coretan pikiran, rangkuman keingintahuan, sedikit ulasan kehidupan.

Saya bukan orang yang percaya diri wajahnya tampil menyapa jutaan mata. Tulisan di sini bukan untuk menjadi viral dan dibaca banyak pemirsa. Terkadang cuma ingin menyampaikan sedikit rasa. Dan menulis menjadi salah satu cara. 

Mengapa saya memilih untuk menulis lagi? Saya pernah, dan masih memiliki blog, dan sudah lama tidak aktif, banjaristi.blogspot.com. Ini adalah gambaran saya masih muda. Isinya campur-campur ala jiwa remaja menuju dewasa. Pengetahuan, opini, olahraga, kesehatan, musik, download'an, hal-hal yang menurut saya dulu unik, disana ada. Sekarang, 12 tahun berlalu, saya ingin sesuatu yang lebih personal, lebih sesuai dengan jiwa yang mulai menua. 

Dunia berputar cepat, tapi arus informasi beredar lebih cepat. 

Mengapa saya memilih untuk menulis lagi? Ada sebuah trit di Twitter, X, tentang bagaimana media sosial mempengaruhi cara berpikir kita. Durasi video yang singkat -Youtube short 60 detik, reels IG cuma 90 detik, Twitter 140 detik, tiktok 180 detik- jadi biang gara-gara penurunan waktu manusia untuk fokus mencerna, mengolah informasi yang ada. Video berdurasi pendek membuat informasi berjalan sangat cepat, tapi kita akhirnya menjadi terbiasa. Ketika menonton video yang lebih lama? Kehilangan fokus, bosan lebih cepat melanda. Hal ini juga terjadi pada kehidupan kita, mudah hilang fokus diri. 

Mengapa saya memilih untuk menulis lagi? Dengan alasan yang sama, saya mulai sulit untuk fokus. Cepat merasa bosan melakukan hal-hal biasa. Beberapa cara dapat dicoba. Memaksa diri untuk membaca dalam waktu yang lama dapat mengobati efek samping sosial media. Mengurangi menonton video pendek -saya jarang buka Short, tidak punya TikTok, tapi cukup sering buka Reels- juga salah satu cara. Menulis, juga menjadi salah satu terapi. 

Menulis itu tidak mudah, ada tanggung jawab dalam setiap pikiran yang kita ungkapkan lewat tulisan

Mengapa saya memilih untuk menulis lagi? Saat masih menulis di banjaristi, satu artikel perlu waktu yang lama. Berjam-jam membuka web-web yang menjadi daftar pustaka, berkelahi dengan kecepatan browsing yang lama, menarik kesimpulan, akhirnya merangkai kata. Dan ketika tombol "Publish" ditekan, ada semacam ledakan endorfin, perasaan bahagia, ketika kerja keras lama menjadi tulisan nyata, menjadi sesuatu yang dicari. 

Saya ingin lebih fokus, saya ingin lebih bahagia 

Mengapa saya memilih untuk menulis lagi?

Comments